Mengapa pengajaran sains di universitas kita hanya mencetak sedikit ilmuwan. Sebuah saran minor

Ini era internet, ini jamannya banjir informasi, ketiklah sebuah frasa di halaman kanjeng eyangGoogle” dan tekan tombol Enter, maka ribuan jawaban akan tampil dalam beberapa kejap mata saja. Tapi ini jaman kini!

Masa-masa sebelum 1995 bisa dikatakan sebagai masa paceklik informasi bagi pelajar. Peluang untuk mendapatkan pengetahuan (khususnya ilmu pengetahuan dan teknologi) di luar kelas bisa dibilang amat terbatas jika kita tidak ubek (ulet) mencarinya di perpustakaan kampus (yang sering kali koleksi bukunya sudah kadaluarsa dan terbatas jumlahnya). Tapi tulisan (opini) ini tidak hendak memuja-muji benda intangible (tak kasat mata) yang bernama internet atau tidak bermaksud menyalahkan keadaan yang serba mepet terbatas tadi. Tidak!. Tulisan singkat yang bersumber dari pengalaman subyektif penulis ini bermaksud ingin mengundang pembaca untuk berdiskusi demi pembelajaran yang lebih baik (semoga).

Continue reading

Budaya kerja di laboratorium kampus, secuil kasus tentang kisah sukses Korea dalam membangun negeri

24 hours a day, 7 days a week” begitu mungkin motto etos kerja masyarakat Korea Selatan, sangat dinamis dan terus berproses. Pencapaian prestasi Korea Selatan (Korsel) khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) hingga seperti sekarang merupakan sebuah kombinasi budaya (gaya hidup), ambisi, perencanaan matang, dana dan fasilitas yang dimiliki bangsa Korsel. Salah satu fragmen kecil yang mungkin menjadi salah satu kunci sukses adalah budaya kerja dan riset di kampus-kampus ketehnikan. Walaupun cerita ini bukan khas milik bangsa Korea saja, karena Jepang, china, Taiwan dan Singapore juga barangkali memiliki keserupaan, namun bagaimanapun juga Korsel mampu mencapai kesetaraan dengan mereka dalam waktu yang lebih singkat.

Continue reading