Bertiga, bertandem, Natalan ke Yogya

Preparation to YogyaKawan……..bagaimana caramu menikmati keindahan dalam sebuah perjalanan? Membuka jendela kendaraan roda empatmu dan membiarkan angin menerpa wajahmu? Melihat pohon, bukit, sawah, dan sungai atau arsitektur tua dalam hitungan kejapan mata? Lalu berhenti disebuah warung makan untuk menikmati kudapan dan makan siang?

Kami memilih cara yang berbeda walaupun tujuan kota kita mungkin sama. Kami membiarkan angin menerpa dari ujung kepala hingga tumit kami. Kami melihat pohon, bukit, sawah, dan sungai atau arsitektur tua dalam tempo yang jauh lebih lambat sehingga kami bisa menikmati detailnya. Lalu kami dapat berhenti kapan saja selama ada cukup ruang untuk turangga kami, sebuah sepeda tandem dan gerobak kecilnya.

Trip to the west

Mandeg sebentar sebelum Sragen

Mandeg sebentar sebelum Sragen

Adalah sebuah tradisi keluarga besar untuk nglumpuk, ngumpul di kampung halaman, Yogyakarta. Bermula dari keinginan nggowes solo ke Yogyakarta di akhir bulan Desember 2012. Tapi kemudian malah mendapat protes dari istri yang berkomentar, “Terus anak bojomu mbok tinggal? Kok mau senang-senang sendiri sih“. Akhirnya malah terwujud sebuah perjalan kompak dan bersejarah bagi kami bertiga. Ya, kami mancal sepeda dari Sidoarjo menuju Yogyakarta sembari mengajak putri kami (5 tahun) yang pemberani, Jellovica. Karena kami sudah berlatih gowes dengan sepeda tandem hingga jarak 80 km ke kota Probolinggo, maka kami cukup terbiasa dengan keperluan yang harus dipersiapkan dan dibawa. Kali ini tantangan kami tak lain dan tak bukan adalah HUJAN, maklumlah bulan Desember yang sudah pasti bulan basah. Maka, dibagian bawah dari gerobak untuk anak kami sudah saya lapisi dengan plastik demi mencegah air dan lumpur mengotorinya. Juga, sebuah mantle plastik sudah saya buatkan dan dapat dipasang-bongkar segera bila sewaktu-waktu hujan mengguyur tiba-tiba. Lalu tak lupa, kami sangu, berbekal banyak sekali kantong plastik untuk membungkus tas-tas kecil maupun gadget yang melekat pada rangka sepeda tandem. Terlepas dari itu semua, saya meyakinkan istri saya bahwa saya dan alam bersahabat dan dia akan berbaik hati serta ramah kepada kita selama perjalanan nanti. Maka rencana alias time schedule disusunlah, teman-teman baru yang akan ditemui dalam perjalanan pun dikabarilah. Kami tidak akan melupakan bantuan Oom Poetoet nDlahom B2W yang berkenan memberikan nama-nama dan lokasi beberapa teman B2W di kota-kota yang akan dilewati nanti. Saking semangatnya, saya berinisiatif meminjam bendera B2W chapter Sidoarjo dari Cak Jonis. Harapan saya, ini sekaligus kesempatan baik mempromosikan sepeda sebagai tunggangan utama keluarga Indonesia modern. Maka jadilah gerobak untuk Jellovica tampil cantik semarak dengan bendera kuning B2W Sidoarjo.

Hari keberangkatan

Di tengah kota Jombang.

Di tengah kota Jombang.

Hari keberangkatan yang ditunggu dengan tak sabar akhirnyapun tiba. Sabtu, 22 Desember 2012 adalah hari pertama rangkaian libur Natal dan akhir tahun. Kami sudah meninggalkan rumah sejak pukul 04.30, rencananya menunggang mobil bak terbuka yang kami sewa hingga kota Mojokerto. Tapi eeaaalllaaahh sialnya, sang sopir malah ingkar janji dan kabarnya beliau masih terlelap. Kami tidak ingin menunggunya lebih lama karena   kawatir meleset jauh dari rancangan kami. Maka segeralah kami kebut sepeda ke arah kota Surabaya dengan harapan menemukan mobil sejenis yang bisa disewa. Syukur alhamdulilah halleluyah, sebuah mobil pick up yang sedang memasang iklan promosi di pinggir jalan bersedia mengantar ke Mojokerto dengan tarif masuk akal. Maka jadilah kami meluncur pagi itu dan mulai mancal pukul 07.00 dari Mojokerto menuju Nganjuk. Perjalanan pagi itu sungguh menyenangkan, cerah, dan masih belumlah ramai lalu lalang kendaraan. Inilah pengalaman pertama kami mengukur panjang jalan raya menggunakan sepeda tandem menuju ke barat.  Menurut saya, Jombang kota yang adem, saya punya harapan bisa ke sana lagi bersama keluarga. Saat menjelang masuk Kota Nganjuk, paha saya mulai panas dan menegang, wah tanda-tanda serangan kram nih. Maka segera kami berhenti di suatu tempat dan kirim kabar SOS ke Oom Crist B2W Caruban. Kami memang sebelumnya sudah mengabari rencana kami dan beliau dengan senang hati akan menjemput dan mengangkut sepeda kami melampaui tanjakan meliuk di hutan jati Saradan menggunakan mobil pick up nya. Wah, legalah kami saat beliau datang dan sigap mengantar kami menuju Hotel Asri di kota Caruban.  Oaallaah ternyata, Oom Crist ini pemilik kota Caruban (begitulah saya menyebutnya) karena hampir semua warga kota mengenalnya hehehehehe…….(Terima kasih Oom untuk budi baikmu).

Hari kedua

Penat lenyap setelah nggaya di perbatasan Propensi Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Penat lenyap setelah nggaya di perbatasan Propensi Jawa Timur dan Jawa Tengah (lihatlah, cantiknya gerobak Jello dengan bendera B2w-nya).

Nyruput dawet di Ngawi kota.

Nyruput dawet di Ngawi kota.

Pagi pukul 06.00, kami sudah meninggalkan Hotel Asri menuju Sragen setelah sebelumnya mampir berpamitan pada Oom Crist sang pemilik Sunda Bike (Polygon Dealer) Caruban. Masuk kota Ngawi, kami mulai celingak celinguk, tengok kiri-kanan mencari mobil bak terbuka yang bisa mengantar sepeda kami melewati hutan jati dan tanjakan sebelum masuk wilayah Mantingan. Akhirnya kami menemukan seorang bapak yang baik hati dan bersedia mengantar hingga pungkasan tanjakan sebelum Mantingan, tentu saja dengan sedikit uang balas kebaikan. Setelah melampaui perbatasan Propensi Jawa Timur dan Jawa Tengah serta narsis banget di gapura batas, kami memasuki kota Sragen yang habis diguyur hujan pada pukul 16.00. Sayang sekali, jalan utama masuk kota Sragen sangat ramai oleh bus dan truk serta banyak berlubang, sehingga perjalanan kami agak terhambat  dan membutuhkan konsentrasi tinggi. Sragen malam hari diguyur hujan tak henti-henti memenjarakan kami dalam kamar hotel Martonegaran, jalan Ronggowarsito. Padahal Oom Nurman dari B2W Sragen sudah siap ingin menyambangi kami. Tak mengapa,  Oom Nurman dan sang istri tercinta sudah tiba ke hotel kami keesokan paginya mengenakan kaos kuning B2W Sragen. Wah senangnya mendengar kabar mereka bedua akan mengawal kami menuju lokasi taman rekreasi dan kolam renang Ndayu Alam Asri, Sragen. Ya, saya memang sudah merencanakan program ini demi menghibur Jellovica yang rindu main air. Maka, jadilah kami beriringan menuju lokasi yang berjarak 10 km. Kami cukup terkejut mendengar cerita kalau istri Oom Nurman sebenarnya sedang mengandung anak pertama apalagi jalan jadi menanjak sejauh 2 km mendekati lokasi wisata. Olala, semoga janinnya sehat-sehat saja, terima kasih dan doa kami bagi sahabat baru kami.

Biarpun kota kecil, Ngawi sudah punya jalur sepeda sejak dahulu kala, semoga tetap awet atau malah tambah panjang ya.

Biarpun kota kecil, Ngawi sudah punya jalur sepeda sejak dahulu kala, semoga tetap awet atau malah tambah panjang ya.

Oom Nurman B2W Sragen dan istri kesayangannya yang murah senyum dan baik hati.

Oom Nurman B2W Sragen dan istri kesayangannya yang murah senyum dan baik hati.

Sebelum waktunya makan siang, kami segera meninggalkan kesenangan sesaat itu dan lanjut ngonthel menuju Solo. Sungguh mengherankan, tepat seperti harapan saya, alam sungguh bersahabat dan membiarkan tubuh kami kering semenjak dari Mojokerto hingga kota Solo. Nah, di Solo lah kami baru menikmati ademnya air hujan yang tumpah ruah tanpa ampun. Untunglah kami sudah persiapkan semua sehingga hanya mengalami basah sedikit saja. Celakanya, hotel Atina Graha yang sudah jauh hari dipesan ternyata mempermainkan kami dan mengalihkan kami ke hotel lain. Padahal lokasi hotel yang kami pilih sudah ideal dan dekat dengan gereja dimana kami nanti ikut misa Natal. Setelah berputar-putar kedinginan, kami menyerah dan masuk ke hotel Mawar di jalan Setiabudi. Hari sudah cukup gelap dan hujan, terpaksalah kami melewatkan misa malam Natal tahun ini.

Sejenak ciprat-ciprat banyu di pinggiran Sragen.

Sejenak ciprat-ciprat banyu di pinggiran Sragen.

Hari ketiga, hari Natal

Pamer banner di kampus Universitas Negeri Surakarta.

Pamer banner di kampus Universitas Negeri Surakarta.

Akhirnya......kami mencapainya.

Akhirnya……kami mencapainya.

Tawa riang dan sambutan mesra sanak saudara yang ngangenake.

Tawa riang dan sambutan mesra sanak saudara yang ngangenake.

Akhirnya tiba waktunya kami mencapai kota Yogyakarta. Agak terlambat keluar dari Solo setelah sejenak menikmati pemandangan kota, kami mengayuh cepat melintasi jalan raya Yogya-Solo. Kali ini kami merasa cukup hebat karena jarak tak kurang 70 km bisa dilalui tanpa keluhan. Sekitar pukul 4 sore kami sudah berada di landmark kota Yogya, Tugu dan berfoto ria disana sambil mengacungkan banner “Happy New Year, from Sidoarjo with Love” yang setia menemani aksi-aksi photografi kami. Kejjuuuutttaaaannnn!!!! hahahahaha, orang tua dan sanak famili kami sungguh tak mengira ternyata kami nggowes ke Yogyakarta. Ah, hati ini masih belumlah puas, sudah muncul di angan-angan, suatu saat ingin mengeksplorasi kota Mojokerto, Jombang, Nganjuk, Ngawi, Sragen, maupun Solo, dengan tandem tentunya.

Kami ingin menjadi saksi semakin maraknya keluarga Indonesia menggunakan sepeda pancal sebagai alat transportasi utama. Kami sudah mencobanya dan BISA!

Selamat Natal dan menyambut tahun baru, Tuhan memberkati!

Selalu……mata ini ingin bicara

Catatan:

Rute yang ditempuh

Rancangan jadual dan budget

Sabtu 22/12
04.30 – 06.00 Sidoarjo – Alun-alun Mojokerto (7°27’47”S 112°25’55”E) (35 km) Naik pick up (Rp 225.000), sarapan
07.30 – 11.30 Mojokerto – Jombang (32 km) viaRingin Contong Jombang (7°32’18”S 112°14’16”E)Stasiun KA Jombang (7°33’29”S 112°14’0”E)
11.30 – 16.30 Jombang – Alun-alun Nganjuk (7°36’8”S 111°54’3”E) (40 km) Makan siang
17.00 – 18.00 Nganjuk – Hotel Asri, Caruban (7°32’56”S 111°39’45”E) Janjian dgn Oom Crist (B2W Caruban) 0812-5988-4885, tunggu di pom bensin pertama selepas nganjuk.

Jln. Panglima Sudirman 104, Bp. Hari 0351-385406. Room rate Rp 150.000.==>P. Luki 12/20 confirmed.

Minggu 23/12
05.30 – 09.30 Caruban (mejayan) – Prapatan Plaza Ngawi (7°24’38”S 111°26’35”E) (36 km)
10.00 – 16.00 Ngawi – Hotel Martonegaran Sragen (7°25’23”S 111°2’6”E) (52 km) Gowes dan kendaraan pick up (lewat hutan jati dan tanjakan sebelum Mantingan, Rp 200.000).

Jln. Ronggowarsito No.12 Sragen Wetan, 0271 891935, Room rate Rp 180.000. Bu yoto => 12/20 confirmed.

Senin 24/12
06.00 – 08.00 Hotel Martonegaran – Ndayu Alam Asri, Sragen (7°27’43″S 110°59’25″E) (10 km) Sarapan, Tamasya berenang
14.00 – 16.00 Ndayu Alam Asri, Sragen – Hotel Atina Graha, Surakarta (7°33’25”S 110°49’35”E) (28 km) Jln. Samosir, Pringgading, dekat rumah sakit ibu & anak Triharsi, mbak Susi 0271-636198, Room rate Rp 225.000 => 12/20 confirmed.
Gereja Katolik St. Maria Regina, Surakarta (7°33’33″S   110°50’7″E) Misa malam Natal
Selasa 25/12
06.00 – 16.00 Surakarta – Gamping, Yogyakarta (7°48’0”S 110°19’42”E) (70 km)

8 comments on “Bertiga, bertandem, Natalan ke Yogya

  1. Yogi says:

    Mantaafffff bgt Jel, emg kowe rodo’ sableng sejak SMA, tp kesablengan ini sangat yahuuudd.. Salut banget… -Yogi tmn SMU 8

  2. padahal saat liburan… kendaran ramai banget…
    nekat..!!!

  3. kriss says:

    salut om…

  4. dhannia says:

    Kehabisan kata baca cerita ini…
    haru campur seru…
    kangen dirimu Mas’e
    Berkah Dalem

Leave a comment