Indonesia, bangsa yang tidak pernah siap teknologi maju

Ini baru pertengahan tahun 2009, dan tahun ini adalah tahun akbar, yaitu pemilihan umum legislatif dan yang terutama adalah pemilihan presiden (dan wakilnya). Celakanya, di tahun yang sama dan bahkan di masa yang tak berjangka lama, peristiwa-peristiwa kecelakaan yang berkaitan dengan teknologi transportasi, lingkungan kerja, dan situasi yang mungkin bisa menyebabkan kecelakaan seolah tak kunjung jeda. Kisah tragis terbaru adalah tiga kecelakaan alat angkut udara milik TNI [1,2] dan tabrakan kereta rel listrik [3], berita kecelakaan kerja meliputi ledakan dan kebakaran depo bahan bakar dan gas [4,5], ledakan di penambangan batu bara [6], serta meledaknya area simulasi di markas Brimob [7]. Keadaan yang bisa menimbulkan kecelakaan fatal misalnya cerita hilangnya mur baut dan lampu penerang jembatan supermegah Suramadu [8] dan dicurinya baut-baut pengikat rel kereta api [9], menyedihkan.

Bangsa Indonesia memang belum siap dan tampaknya tidak pernah siap menerima atau menciptakan teknologi tinggi. Ada kata-kata bijak, barang siapa setia pada perkara-perkara kecil, dia juga setia pada perkara besar. Tapi rangkaian kata ini jadi tak berbunyi di sanubari kita. Bangsa ini dan aparatnya tidak pernah belajar dari sejarah masa lalu bahwa pemeliharaan dan pengawasan alat-alat teknologi adalah syarat mutlak demi keamanan dan keselamatan!

Selama kita tidak mampu menjaga dan merawat alat-alat teknologi yang kita punya sekarang, jangan mimpi negeri kita bisa memiliki teknologi nuklir atau teknologi luar angkasa. Selamat merenungkan.

[1] Jatuhnya pesawat TNI di Kompas edisi cetak

[2] Jatuhnya helikopter TNI

[3] Tabrakan KRL di Jakarta

[4] Ledakan depo BBM Plumpang, Jakarta

[5] Kebakaran depo filling LNG, Makassar

[6] Ledakan di penambangan batu bara, Sawahlunto

[7] Ledakan di markas Brimob, Kelapa Dua, Depok

[8] Jembatan Suramadu perlahan dijarah

[9] Pencurian mur baut dan bantalan pengikat rel kereta

Jika mata ingin bicara