Sukses menulis artikel untuk jurnal ilmiah internasional

Dalam komunitas akademi dan penelitian, sebuah kerja bakal memiliki nilai ilmiah dan bermanfaat untuk dikembangkan jika bisa dipublikasikan dalam jurnal ilmiah internasional.  Disamping itu, publikasi ilmiah merupakan bukti tanggung jawab profesi sebagai ilmuwan maupun akademisi. Kenyataannya, tidak semua hasil penelitian mendapat peluang ditayangkan dalam jurnal ilmiah internasional. Banyak hasil penelitian di Indonesia hanya berakhir sebagai buku skripsi atau thesis maupun lembar prosiding yang tidak melalui proses penjurian ketat. Padahal, jumlah publikasi internasional merupakan ukuran atau indeks kemajuan dan kematangan ilmu pengetahuan dan teknologi suatu negara.

Untuk bisa menembus publikasi internasional rangking atas, dibutuhkan bukan sekedar ribuan data dan kecakapan menulis tapi juga kiat tertentu karena jurnal-jurnal papan atas memiliki tahap penjurian yang ketat. Sebenarnya aspek penting apa saja diluar isi naskah yang perlu diperhatikan demi suksesnya publikasi internasional sebuah artikel ilmiah? Continue reading

Publikasi ilmiahku dalam 25 artikel terpanas versi Sciencedirect

Sudah setahun berlalu sejak aku terakhir mengunggah artikel dalam blog ini. Rasanya sangat berdosa jika aku membuang begitu saja buah pikir yang kerap kali lalu lalang. OK, memulai sesuatu yang telah lama ditinggalkan rasanya seperti memulai marathon setelah lama tidak pernah melakukan olah raga. Jadi perlu sedikit gerakan pelenturan yang santai dan aku coba dari titik ini…………….

Beberapa bulan lalu penelitianku tentang manfaat cecair ionik sebagai penjerap cair gas asetilen yang selektif terhadap etilen telah diterima dan diterbitkan dalam sebuah jurnal ilmiah internasional, Chemical Engineering and Processing: Process Intensification kepunyaan penerbit Elsevier. Saat kuperiksa lagi dalam situs jurnal tersebut, ternyata makalahku berada pada urutan ke 24 dari 25 makalah terpanas (25 Hottest Articles) sepanjang bulan Januari hingga Maret 2010. Hhmmm ternyata topik dalam makalahku termasuk yang banyak ditengok. Tentu ini sebuah sumbangsih yang cukup diperhitungkan dalam dunia cecair ionik dan aplikasinya.

Tambahan:

Ternyata hasil penelitianku yang dipublikasikan di jurnal Thermochimica Acta, penerbit Elsevier, sempat menduduki ranking 12 dalam 25 daftar artikel terpanas untuk periode bulan Oktober-Desember 2009, setelah sebelumya mencapai ranking 24 pada periode Juli-September 2009.

Bagi yang ingin membacanya, silahkan kontak saja, nanti aku berikan file berformat pdf.

Bila mata ingin bicara

How green can you go, sebuah blog untuk kimia hijau

Terkait minat saya untuk mempopulerkan dan mempromosikan konsep Kimia Hijau dan Teknologi yang Berkesinambungan, maka mulai dari sekarang semua tulisan mengenai tema tersebut saya kumpulkan di halaman blog yang saya beri judul, “How Green Can You Go“.

Semoga tulisan-tulisan itu nanti semakin mencerahkan banyak kalangan terutama kaum industriawan dan masyarakat umum.

Selamat membaca

Jelliarko Palgunadi
penggiat kimia hijau dan cecair ionik

Mengapa pengajaran sains di universitas kita hanya mencetak sedikit ilmuwan. Sebuah saran minor

Ini era internet, ini jamannya banjir informasi, ketiklah sebuah frasa di halaman kanjeng eyangGoogle” dan tekan tombol Enter, maka ribuan jawaban akan tampil dalam beberapa kejap mata saja. Tapi ini jaman kini!

Masa-masa sebelum 1995 bisa dikatakan sebagai masa paceklik informasi bagi pelajar. Peluang untuk mendapatkan pengetahuan (khususnya ilmu pengetahuan dan teknologi) di luar kelas bisa dibilang amat terbatas jika kita tidak ubek (ulet) mencarinya di perpustakaan kampus (yang sering kali koleksi bukunya sudah kadaluarsa dan terbatas jumlahnya). Tapi tulisan (opini) ini tidak hendak memuja-muji benda intangible (tak kasat mata) yang bernama internet atau tidak bermaksud menyalahkan keadaan yang serba mepet terbatas tadi. Tidak!. Tulisan singkat yang bersumber dari pengalaman subyektif penulis ini bermaksud ingin mengundang pembaca untuk berdiskusi demi pembelajaran yang lebih baik (semoga).

Continue reading

Ringkasan katalis dan katalisis

Pernah mencoba membuat tape dari bahan singkong atau ketan? Kita membubuhkan ragi (sejenis kapang atau jamur) untuk mempercepat proses peragian atau fermentasi. Tanpa sadar sebenarnya kita sudah melibatkan senyawa penting didalam proses tersebut yaitu katalis. Dalam kazanah kimia hijau, pengetahuan tentang katalis (12 prinsip kimia hijau) menjadi semakin penting demi meningkatkan efisiensi reaksi kimia dalam teknologi proses kimia.

Uraian berikut ini merupakan intisari dari segala seluk beluk tentang katalis.

Continue reading

Reaksi kimia organik dalam air, beberapa contoh reaksi kimia hijau

Beberapa waktu lalu sudah disinggung tentang 12 prinsip kimia hijau (green chemistry). Salah satu prinsipnya adalah memilih media reaksi yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan (prinsip nomor 8). Air (H2O) dikenal sebagai pelarut universal dan dipertimbangkan sebagai kandidat utama medium reaksi dalam wacana kimia hijau. TAPI perlu diingat bahwa reaksi kimia dalam air dianggap hijau (green) jika dan hanya jika jalannya reaksi, proses daur ulang, dan pembuangan pelarut tidak memerlukan kerja tambahan yang rumit, tidak mengkonsumsi energi berlebihan atau tidak menimbulkan pencemaran.

Mari kita lihat beberapa contoh reaksi kimia organik di dalam medium air.

Continue reading

Potensi farmasi dari cecair ionik, sebuah peluang penelitian di Indonesia

Paradigma baru cecair ionik dalam bidang farmasi

Paradigma baru cecair ionik dalam bidang farmasi (R.D. Rogers et al, New J. Chem., 2007, 31, 1429)

Beberapa waktu lalu telah dikisahkan sekelumit pengetahuan dasar cecair ionik. Bahkan cecair ionik (ionic liquids) bukan lagi dikenal sebagai sekedar material laboratorium, melainkan mulai digunakan dalam berbagai teknologi kimia mulai dari sintesis organik, material, maupun elektrokimia. Salah satu potensi yang kini dianjurkan oleh penggiat cecair ionik (dan kemungkinan paling sesuai diterapkan di Indonesia karena murah dan mudah) adalah pemanfaatannya sebagai zat aktif atau sekedar aditif bahan-bahan farmasi dan terapi penyakit. Riset di bidang ini bakal sangat menarik karena ratusan bahkan mungkin ribuan jenis cecair ionik bisa dihasilkan dari kombinasi kation maupun anion yang tersedia di alam.

Continue reading

Cecair ionik (Ionic liquids), oleh-oleh dari COIL-3

Beberapa waktu lalu penulis diajak wisata intelektual oleh pimpinan grup riset ke Cairns, Queensland, dalam rangka Congress on Ionic Liquids 3 (COIL-3). Cecair ionik bukan lagi mainan kimiawan di laboratorium, kini, kalangan industri telah melirik potensinya sebagai salah satu material masa depan. Berikut ini secara singkat akan dijabarkan beberapa titik penting yang perlu dipelajari bagi pemula maupun awam di bidang cecair ionik (ionic liquids).

Continue reading

Karbon dioksida, perspektif baru gas rumah kaca (bagian 2 dari 3 tulisan)

Sebagaimana telah disebutkan dalam tulisan terdahulu, dibutuhkan suatu sistem teknologi penjerapan CO2 yang handal dan ekonomis demi terlaksananya program pengendalian buangan CO2.

Pengelompokan sistem penjerapan CO2

Secara umum ada dua mekanisme yaitu secara kimiawi dan fisikawi. Jika ditinjau dari materialnya maka bisa dikelompokkan dalam material cair dan padatan.

Uraian berikut ini akan sedikit menguliti aspek-aspek sistem penjerapan CO2.

Sebagaimana telah dituliskan pada bagian pertama, ada tiga rute penangkapan CO2 yang mungkin diterapkan pada sistem pembangkit energi berbahan bakar batu bara, yaitu post-combustion, pre-combustion, dan oxy-combustion.

Perhatian utama kini banyak ditujukan pada rute post-combustion karena sistem penangkapan CO2 bisa segera dibangun terpadu dengan pembangkit energi batu bara yang telah ada. Beberapa teknologi penangkapan CO2 yang sudah dikenal di dunia industri (konvensional) adalah alkanol amine (monoethanol amine, diethanol amine, atau triethanol amine) yang diencerkan dalam air. Teknologi ini telah digunakan luas dalam proses pemurnian gas alam (gas sweetening). Mekanisme penjerapannya berupa absorpsi kimiawi, dimana pada kasus alkanol amine primer mayoritas akan membentuk senyawa ammonium karbamat, sedangkan pada alkanol amine tertier memicu terbentuknya bikarbonat. Kelebihan dari sistem alkanol amine primer adalah efektifitas dan selektifitas yang tinggi dalam memisahkan CO2 dari komponen gas lain terutama nitrogen dan methan. Larutan alkanol amine juga ekonomis karena bahan bakunya cukup murah dan cukup menggunakan air untuk mengencerkannya. Kekurangan utama dari sistem ini adalah proses regenerasi (daur ulang) dari ammonium karbamat (untuk kasus alkanol amine primer) kembali menjadi alkanol amine. Dibutuhkan temperatur cukup tinggi untuk melepaskan kembali gas CO2 dari ammonium karbamat. Disamping itu, pemeliharaan alat juga cukup mahal karena larutan alkanol amine bersifat basa yang bisa menyebabkan pengaratan. Alkanol amine tertier tidak terlalu efektif dalam menangkap CO2 (lebih lambat) tapi karena membentuk bikarbonat ketika berinteraksi dengan CO2, proses regenerasi tidaklah sesulit alkanol amine primer.

Scheme 1. Typical CO2 capture process from industrial process and power plant

Scheme 1. Typical CO2 capture process from industrial process and power plant

Bersambung

Jika mata ingin bicara